SBY Berhadapan Dengan Churchill Mining Plc
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus berhadapan dengan Churchill Mining Plc di pengadilan arbitrase internasional, menyusul pencabutan izin usaha pertambangan oleh Bupati Kutai Timur, Kalimantan Timur. Churchill saat ini tengah menggarap proyek batu bara The East Kutai Coal Project.
Dikutip dari laman Churchill Mining, The East Kutai Coal Project merupakan proyek batu bara thermal kelas dunia dengan cadangan terbukti 961 juta ton. Studi kelayakan yang selesai pada September 2010 juga membuktikan bahwa lapangan ini memiliki cadangan yang ditaksir hingga 2,73 miliar ton.
Dengan cadangan sebanyak itu, The East Kutai Coal Project diharapkan bisa menghasilkan 30 juta ton batu bara per tahun dengan umur tambang 25 tahun.
Lapangan ini terletak di Kutai Timur dengan jarak sekitar 160 kilometer dari pantai Kalimantan Timur. Tambang seluas 350 kilometer persegi ini mencakup empat konsesi batu bara yang saling berdekatan.
Churchill Mining tak menggarap sendiri. Ia bermitra dengan perusahaan lokal Ridlatama Group dengan komposisi saham 75 dan 25 persen.
Seperti dikutip dalam laman mining-technology, pembangunan proyek ini dimulai 2010 dan diharapkan selesai 2012. Namun, sengketa hukum status izin di pengadilan setempat membuat rencana ini tertunda.
Selain memiliki The East Kutai Coal Project, laman Reuters melaporkan, Churchill Mining yang berbasis di Inggris juga memiliki saham di South Woodie Woodie Project di Australia. Churchill juga tengah menangani proyek Sendawar CBM dengan porsi kepemilikan saham sebesar 70 persen.
Dikutip dari laman Churchill Mining, The East Kutai Coal Project merupakan proyek batu bara thermal kelas dunia dengan cadangan terbukti 961 juta ton. Studi kelayakan yang selesai pada September 2010 juga membuktikan bahwa lapangan ini memiliki cadangan yang ditaksir hingga 2,73 miliar ton.
Dengan cadangan sebanyak itu, The East Kutai Coal Project diharapkan bisa menghasilkan 30 juta ton batu bara per tahun dengan umur tambang 25 tahun.
Lapangan ini terletak di Kutai Timur dengan jarak sekitar 160 kilometer dari pantai Kalimantan Timur. Tambang seluas 350 kilometer persegi ini mencakup empat konsesi batu bara yang saling berdekatan.
Investasi pembangunan proyek ini mencapai US$1,8 miliar dengan belanja modal awal US$1,2 miliar. Proyek ini mencakup pembangunan tempat penyimpanan tambang, conveyor, pusat pelabuhan laut, dan pembangkit listrik.
Churchill Mining tak menggarap sendiri. Ia bermitra dengan perusahaan lokal Ridlatama Group dengan komposisi saham 75 dan 25 persen.
Seperti dikutip dalam laman mining-technology, pembangunan proyek ini dimulai 2010 dan diharapkan selesai 2012. Namun, sengketa hukum status izin di pengadilan setempat membuat rencana ini tertunda.
Selain memiliki The East Kutai Coal Project, laman Reuters melaporkan, Churchill Mining yang berbasis di Inggris juga memiliki saham di South Woodie Woodie Project di Australia. Churchill juga tengah menangani proyek Sendawar CBM dengan porsi kepemilikan saham sebesar 70 persen.